Oleh: Imas Kartini S.Psi
KONVERSI AGAMA
1. Pengertian Konversi Agama
Konversi agama menurut etimologi, konversi dalam bahasa latin yaitu “Conversio“ yang berarti tobat, pindah, berubah (agama). Sedangkan dalam bahasa inggris yaitu “conversion” memiliki arti berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from one religion, to another).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi agama yaitu bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Sedangkan pengertian konversi agama menurut terminology. Menurut pengertian ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian agama, antara lain :
1. Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu system kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2. Willian James mengatakan bahwa konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh William James dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
c. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
d. Selain factor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Pengertian konversi agama dalam buku Psikologi Agama yang disusun oleh A. Hasan Gaos, yaitu : “Konversi agama itu merupakan suatu tipe pertumbuhan atau perkembangan spiritual seseorang yang melibatkan perubahan arah yang sangat dalam dirasakan oleh pelakunya, baik menyangkut pemikiran maupun tingkah laku agamanya”. Konversi agama menunjukkan adanya perubahan emosi kearah mendapat petunjuk Tuhan yang berlangsung secara tiba-tiba, perubahan itu bisa terjadi secara berangsur-angsur.
2. Karakteristik Umum Konversi Agama.
Dalam pembahasan ini konversi agama memiliki 3 karakteristik umum ;
Pertama. Konversi agama berkaitan erat dengan diperolehnya hidayah dari Tuhan bagi orang-orang tertentu. Tetapi dalam pembahasan ini lebih dititik beratkan pada orang yang mengalami konversi agama, sedangkan Tuhan dan hidayah dijadikan sentral permasalahan untuk disajikan sandaran penggalian data dari subjek peristiwanya. Pada karakteristik pertama ini, orang cenderung mendapat pengalaman-pengalaman yang bersifat spiritual, seperti seolah-olah orang itu telah berdiskusi dengan Tuhan.
Kedua, Konversi agama menyangkut perubahan emosi yang sangat dalam dan sangat berarti bagi pelakunya. Artinya, secara logika peristiwa ini sulit untuk dirasionalisasikan, akan tetapi bagi orang yang mengalami proses konversi dapat merasakan kedalaman dan keluarbiasaan pengalaman hidupnya pada waktu itu. Pada karakteristik kedua ini, emosilah yang lebih banyak merasakan kehadiran tuhan, emosilah yang merasakan kedekatan dengan Tuhan, serta emosi yang merasakan seolah-olah telah berdialog dengan Tuhan, sehingga ungkapan-ungkapan terekspresikan oleh pelaku bersifat emosional.
Ketiga, karakteristik ketiga menyangkut orientasinya. Memberikan batasan bahwa konversi agama melingkupi perubahan integritas kemanusiaan seseorang yang bergerak dari kutub negative ke kutub positif, dari perasaan bersalah keperasaan benar, perasaan dosa ke perasaaan suci. Sehingga proses konversi mendorong pelakunya untuk lebih taat menjalankan ajaran-ajarannya.
3. Proses Konversi Agama
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Seseorang yang mengalami konversi agama ini, maka segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya, secara spontan pula lama ditinggalkan sama sekali. Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama seperti harapan, rasa bahagia, keselamatan, dan kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Timbulah gejala-gejala baru berupa perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan, perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan. Umumnya apabila gejala tersebut sudah dialami oleh seseorang atau kelompok maka dirinya menjadi lemah dan pasrah ataupun timbul semacam peledakan perasaan untuk menghindarkan diri dari pertentangan batin itu. Ketenanagan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru.
Sebagai hasil pemilihannya terhadap pandangan hidup itu, maka bersedia dan mampu untuk membuktikan dirinya kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan yang ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya berupa ikut berpartisipasi secara penuh.
M.T.L. Penido berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur, yaitu :
1. Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seiring dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
2. Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang bersangkuatan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan.
Kedua unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan. Jadi disini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut terhadap batin.
Perubahan yang terjadi tetap terdapat tahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum. Kerangka proses itu dikemukakan antara lain oleh:
a. H. Carrier, membagi proses tersebut dalam tahapan sebagai berikut :
1. Terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami.
2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru.
3. Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
b. Dr. Zakiah Daradjat memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu :
1. Masa tenang
Di saaat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang Karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
2. Masa ketidaktenangan
Tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batinnya. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik.
3. Masa konversi
Tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbul rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk Ilahi. Karena di saat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah konversi agama.
4. Masa tenang dan tentram
Masa tenang dan tentram kedua ini berbeda dengan tahap sebelumnya. Jika pada tahap pertama kedaan itu dialami karena sikap yang acuh dan tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada tahap keempat ini ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil.
5. Masa ekspresi konversi
Sebagai ungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya tadi, maka tidak tunduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.
Untuk memberikan gambaran yang nyata dan mendalam mengenai proses konversi agama peristiwa sejarah agama dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari cukup padat oleh kasus-kasus serupa.
Kasus-kasus ini semuanya mengandung latar belakang psikologis yang serba kompleks dengan ketentraman batin berperan sebagai pendulum keseimbangan.
4. Ruang Lingkup Konversi Agama
Konversi agama bisa terjadi pada semua usia terutama pada masa remaja hingga masa adolescence, mungkin juga konversi agama ini terjadi pada usia dewasa madya yaitu sekitar umur 30-an. Dunia yang penuh dengan segala kemungkinan memunculkan berbagai tindakan yang menyimpang dari norma-norma agama, bertentangan dengan hati nuraninya dan bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Tetapi melalui konversi agama, hal itu berubah, berbalik menjadi berbuat sesuai dengan hati nurani, agama dan norma masyarakat. Yang menjadi permasalahn dilihat dari sebelum dan sesudah terjadinya konversi agama, siapakah yang mengalaminya, dari mana asal dan kemana perginya? Termasuk jenis konversi manakah itu terjadi? Berdasarkan hal itu, kita dapat mengidentifikasi berdasarkan ruang lingkup yang terdiri dari 2 ruang lingkup.
1. Konversi Intern Agama
Pada bagian pertama ini dimakdsudkan bahwa konversi terjadi dan dialami oleh seseorang dalam intern agamanya sendiri. Artinya secara umum agama dan keyakinan yang dianutnya tidak berbeda dengan agama dan keyakinan sebelumnya, sebelum konversi beragama islam, dan setelah konversi tetap beragama islam, hanya saja yang tadinya jauh dengan agama atau Tuhan menjadi dekat dengan Tuhan dan agama, bahkan semakin taat dan mencintai, dan berani berjuang demi membela agama.
2. Konversi Ekstern Agama
Bagian ini menunjukkan bahwa peristiwa konversi membawa akibat berubah dan berbaliknya keyakinan seseorang dari keyakinan suatu agama ke keyakinan agama yang lain. Orang yang tadinya beragama A, karena suatu waktu mengalami konversi yang dapat mengubur keyakinan agama yang lama, ia berubah menjadi agama B. ia mengalami suatu peristiwa yang benar-benar mempengaruhinya untuk berpindah agama, dan itu merupakan pengalaman pribadi yang ternyata membuat anggapan salah mengenai keyakinan agama sebelumnya. Dari sejak itu ia mulai berubah keyakinan dan beralih untuk meyakini dan mengamalkan serta membela agamanya yang baru.
Kasus untuk konversi ekstern ini yang sangat mutakhir terjadi pada masuk islamnya Abdul ‘Ahad yang salah satu karyanya dibukukan dalam “Muhammad The Bible”. Ia adalah seorang David Benjamin juga seorang pendeta agama katolik Roma dari sekte Uniate Kaldean. Pada tahun 1997 ia diutus oleh dua badan, yakni, Uniate Caldean Archbishops Of urmia dan Salmas untuk menghadiri kongres Eucharistic yang diselengggarakan di Prancis. Namun sedemikian banyaknya pengalaman hidupnya dalam agama katolik, justru menimbulkan pertanyaan yang aneh dalam dirinya, apakah agama Kristen yang selama ini penuh dengan bentuk dan warna, dan segala keauntentikannya merupakan agama yang benar-benar agama Tuhan? Pada tahun 1900 sebagaimana biasanya ia beristirahat di villa di daerah Boulaghi di Dilaga. Selama sebulan ia disana memanfaatkan waktunya untuk sembahyang, meditasi dan membaca ulang kitab sucinya yang selama ini diyakininya. Entah apa yang ia alami selanjutnya, yang pasti saat ia ditanya mengapa ia masuk islam, ia menjawab :
My conversion to islam cannot be attributed to any cause other than gracious direction of the Al-Mighty Allah. Without this Divine guidance, all learning, search and other effort to find the truth may even lead one astray. The moment I believed in the absolute unity of God and his Holy Apostle Muhmmad became the pattern of my conduct and behaviour.
Tegasnya ia menyatakan bahwa konversinya kedalam Islam tidak dapat dikaitkan dengan sebab apa pun, kecuali hanya karena hidayah Allah Yang Maha Kuasa semata-mata, tanpa bimbingan dan hidayah-Nya, segala upaya mempelajari meneliti dan ikhtiar yang lain untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki bisa jadi hanya sia-sia belaka. Sejak keyakinannya terhadap keesaan dan kesempurnaan Allah dan kerasulan Muhammad melekat dalam dirinya, hal itu menjadi pola tindakan dan tingkah lakunya sehari-hari.
5. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
Ada beberapa ahli yang terlibat dalam disiplin ilmu masing-masing yang mengemukakan pendapat tentang factor yang menyebabkan terjadinya konversi agama, yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
1. Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi factor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi. Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
2. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh social. Pengaruh social yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai factor antara lain :
a. Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non-agama (kesenian, ilmu pengetahuan, ataupun bidang kebudayaan yang lain)
b. Pengaruh kebiasaan yang rutin
c. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat.
d. Pengaruh pemimpin keagamaan.
e. Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi.
f. Pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum.
3. Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah factor psikologis yang ditimbulkan oleh factor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan ke kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang terang dan tentram
Dalam uraian William James yang berhasil meneliti pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai berikut :
a. Konversi agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
b. Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
Berdasarkan gejala tersebut maka dengan meminjam istilah yang digunakan Starbuck ia membagi konversi agama menjadi dua tipe, yaitu :
1). Tipe Volitional (perubahan bertahap)
Konversi agama tipe ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
2). Tipe Self-Surrender (perubahan drastic)
Konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Pada konversi tipe ini, William James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi baru sepenuh-penuhnya. Jadi semacam petunjuk (hidayah) dari Tuhan.
Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut berdasarkan tinjauan para psikolog adalah berupa pembebasan diri dari tekanan batin. Faktor yang melatarbelakanginya timbul dari dalam diri (intern) dan dari lingkungan (ekstern).
a. Faktor intern, yang ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
1. Kepribadian
Dalam penelitian William James ia menemukan bahwa tipe melankolis yang memilki kerentanan perasaan lebih dalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
2. Faktor pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Kondisi yang dibawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama.
b. Faktor ekstern
Diantara factor luar yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
1. Faktor keluarga, keretakan keluaga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan lainnya.
2. Lingkungan tempat tinggal
3. Perubahan status
4. Kemiskinan
4 Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu social menampilkan data dana argumentasi bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap konversi agama namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.
DAFTAR PUSTAKA
a. Gaos, A. Hasan, “Psikologi Agama Jilid 2”, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 1995.
b. Rahmat, Jalaludin, Dr. “Psikologi Agama“, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.